1. Pengertian
Lingkungan Hidup
Menurut Otto Sumarwoto (1989) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Lingkungan tempat tinggal kita merupakan contoh yang paling mudah kita
amati. Di dalamnya antara lain ada burung, kucing, ayam, kupu-kupu bahkan
cacing atau belatung terdapat di sekitar kita bukan?
Secara umum
lingkungan hidup dapat di bagi 2, yaitu sebagai berikut:
1.Lingkungan
Biotik
Lingkungan biotik
(lingkungan organik) merupakan komponen makhluk hidup yang menghuni planet
bumi, terdiri atas mikroorganisme, seperti bakteri dan virus, tumbuhan, hewan,
dan manusia.
Secara khusus,
lingkungan biotik diklasifikasikan menjadi:
1) produsen,
dalam hal ini tumbuhan yang memproduksi sumber bahan makanan bagi makhluk hidup
lainnya;
2) konsumen,
yaitu hewan serta manusia; dan
3) pengurai, yang
merupakan mikroorganisme yang merombak dan menghancurkan sisa-sisa organisme
yang telah mati. Termasuk ke dalam kelompok pengurai adalah jamur, bakteri, dan
cacing tanah.
2. Lingkungan
Abiotik
Lingkungan
abiotik adalah segala kondisi yang terdapat di sekitar makhluk hidup yang bukan
organisme hidup, antara lain adalah batuan, tanah, mineral dan sinar matahari,
lingkungan ini disebut juga lingkungan anorganik. Lingkungan abiotik merupakan
kondisi yang terdapat di sekeliling makhluk hidup berupa benda mati (unsur
anorganik), seperti batuan, tanah, mineral, dan udara. Lingkungan abiotik
dinamakan juga lingkungan anorganik.
Dalam sudut pandang ekologi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari dan
menganalisis hubungan timbal balik (interaksi dan interelasi) antara manusia
dan lingkungannya, unsur lingkungan hidup itu dibedakan atas tiga kelompok
utama, yaitu lingkungan alam (lingkungan fisik), sosial, dan budaya.
1) Lingkungan
alam merupakan kondisi alamiah suatu wilayah yang meliputi kondisi iklim,
tanah, fisiografi, dan batuan.
2) Lingkungan
sosial adalah manusia dengan semua aktivitas dan karakternya, baik sebagai
individu atau pribadi maupun makhluk sosial.
3) Lingkungan
budaya adalah benda-benda hasil daya cipta manusia, seperti bangunan, karya
seni, sistem kepercayaan, dan tatanan kelembagaan sosial.
Dalam kenyataan sehari-hari, ketiga unsur lingkungan hidup tersebut tidak
berdiri sendiri, akan tetapi memiliki keterkaitan dalam bentuk interaksi dan
interelasi antara satu komponen dan komponen lainnya. Perubahan yang terjadi
pada suatu komponen dampaknya akan dirasakan oleh komponen lain.
Sebagai contoh, manusia melakukan tindakan berupa penggundulan hutan untuk
dimanfaatkan sumber daya kayunya. Namun dalam praktiknya, kegiatan tersebut
tidak memperhatikan faktor-faktor kelestarian dan daya dukung lahan. Maka
sebagai reaksinya terjadilah banjir bandang pada saat musim hujan dengan
intensitas tinggi.
2. Manfaat
Lingkungan bagi Kehidupan
Manusia hidup di permukaan bumi bersama-sama dengan komponen lingkungan
lainnya, berupa komponen biotik, yaitu hewan, tumbuhan, dan jasad renik, serta
komponen abiotik (tidak hidup). Secara langsung maupun tidak, secara disadari
ataupun tidak semua unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar senantiasa
memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Sebagai contoh, untuk
memenuhi kebutuhan makanan, manusia memanfaatkan tumbuhan dan hewan. Selain
itu, dalam proses pernafasan manusia senantiasa menghirup oksigen yang terdapat
di atmosfer.
Secara umum
beberapa manfaat unsur lingkungan hidup bagi manusia antara lain sebagai
berikut.
a. Ruang muka bumi
sebagai tempat berpijak dan beraktivitas sehari-hari.
b. Tanah dapat
dijadikan areal lahan untuk kegiatan ekonomi, seperti lahan pertanian,
perkebunan, dan peternakan, aktivitas sosial lainnya.
c. Unsur udara
(oksigen) sangat bermanfaat untuk bernafas manusia dan hewan.
d. Komponen hewan
dan tumbuhan merupakan sumber bahan makanan bagi manusia.
e. Sumber daya
alam yang terkandung dalam lingkungan hidup dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
f. Mikroorganisme
atau jasad renik sangat berperan dalam proses penguraian sisa-sisa jasad hidup
yang telah mati sehingga tidak terjadi penumpukan bangkai makhluk hidup, tetapi
hancur dan kembali menjadi unsur-unsur tanah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelang sungan kehidupan
manusia sangat bergantung dari unsur-unsur lingkungan lainnya. Manusia hanyalah
salah satu dari komponen lingkungan tersebut. Jika manusia menginginkan
kelangsungan kehidupannya, manusia hendaknya sadar benar bahwa kelestarian
komponen-komponen lingkungan hidupnya harus senantiasa terjaga dari kehancuran
bahkan kepunahan.
Hubungan antarmakhluk hidup, terutama manusia dan lingkungan-nya,
sebenarnya telah berlangsung sejak manusia lahir. Begitu seseorang lahir ke
dunia, secara langsung ataupun tidak dia sudah melakukan interelasi dengan
lingkungan hidupnya, seperti memanfaatkan oksigen di udara untuk bernafas.
Setelah lebih besar, tingkat kebergan tungan terhadap lingkungan tentunya
semakin tinggi, sejalan perkembangan kebutuhannya. Semua kebutuhan itu tentunya
didapat melalui interaksi dengan lingkungan baik lingkungan alam, sosial, dan
budaya.
3. Kerusakan
Lingkungan
Kerusakan lingkungan hidup merupakan fenomena dan gejala sosial yang saat
ini sering kali dijumpai pada berbagai wilayah, baik di wilayah daratan,
perairan, maupun kerusakan atmosfer. Adapun masalah lingkungan yang terjadi di
seluruh negara di dunia, baik di negara maju maupun berkembang adalah
pencemaran.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi dengan baik
sesuai dengan peruntuk kannya.
Beberapa contoh
pencemaran yang banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat antara lain sebagai
berikut.
a. Pencemaran
Tanah
Pencemaran tanah
dapat terjadi sebagai akibat pembuangan sampah limbah rumah tangga, limbah
pabrik, sisa oli dari bengkel kendaraan, dan pemakaian pupuk kimia secara
berlebihan. Akibat tindakan tersebut maka tanah akan teracuni dan kehilangan
tingkat kesuburannya.
b. Pencemaran Air
Pencemaran air
banyak terjadi di daerah-daerah sekitar kawasan industri. Sebagaimana Anda
ketahui bahwa limbah cair yang berasal dari pabrik, seperti industri tekstil
banyak sekali mengandung unsur-unsur logam berat, seperti mercuri dan timbal.
Pencemaran sungai
ini tentunya dapat mengganggu kestabilan lingkungan perairan sehingga makhluk
hidup yang ada di sekitar sungai akan mati teracuni.
c. Pencemaran
Udara
Pencemaran udara
dapat terjadi karena asap yang berasal dari pabrik maupun kendaraan bermotor
yang banyak mengandung gas karbonmonoksida, karbondioksida, nitrat, cianida,
dan sulfat. Selain itu, pencemaran udara juga berasal dari kebakaran hutan
dalam wilayah yang lebih luas, seperti pernah terjadi di Kalimantan.
Salah satu akibat
yang ditimbulkan oleh pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Hujan asam
adalah hujan yang memiliki derajat tingkat keasaman ( pH ) lebih kecil dari
5,6. Air hujan menjadi asam karena terkontaminasi oleh sulfurdioksida dan
oksidanitrogen.
Hujan asam
mengakibatkan kerugian pada bangunan, ekosistem danau, hutan, serta tanaman
pertanian. Hujan asam ini akan terjadi di mana saja, terutama pada daerah
kawasan industri.
d. Kerusakan
Hutan Akibat Penebangan Secara Liar dan Tidak Terkendali
Beberapa akibat
yang ditimbulkan karena penggundulan hutan, antara lain sebagai berikut.
1) Kekeringan
pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan.
Pada waktu terjadi hujan dengan intensitas besar, persentase air hujan yang
berinfiltrasi kecil sehingga cadangan air tanah sangat sedikit, sedangkan
sebagian besarnya bergerak sebagai air larian permukaan (surface runoff).
Gejala ini mengakibatkan banjir bandang.
Hal yang kontras
terjadi pada musim kemarau dimana curah hujan sangat sedikit. Pada saat ini,
kekeringan dapat terjadi di setiap wilayah.
2) Suhu udara
terasa makin panas
Meningkatnya suhu udara sangat terkait dengan makin gundulnya hutan, serta
peningkatan kadar emisi karbondioksida dari kendaraan bermotor dan industri.
Kadar emisi karbondioksida di atmosfer yang semakin banyak dan sulit
dinetralkan, menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect), yaitu
sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi tidak dapat dipantulkan ke angkasa
karena tertahan pada lapisan CO2. Keadaan demikian mengakibatkan suhu permukaan
bumi semakin bertambah panas.
3) Terjadinya
longsor.
Terjadinya tanah longsor sangat terkait dengan aktivitas penebangan hutan
yang makin merajalela di daerah yang bersangkutan. Banjir dan longsor merupakan
dua peristiwa yang erat kaitannya dengan hujan dan gundulnya kawasan hutan.
4) Menumpuknya
Sampah
Penumpukan sampah terjadi tidak hanya karena semakin padat nya penduduk,
tetapi sebagai akibat sulitnya membangun Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA).
Penumpukan sampah ini jelas menimbulkan berbagai permasalahan, seperti
menebarnya bau busuk, lalat, dan timbulnya berbagai penyakit.
Dari beberapa kejadian tersebut jelas bahwa manusia memegang peranan
penting terhadap kerusakan lingkungan hidup. Terdapat faktor-faktor alam yang
memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang tidak dapat di hindari, seperti
letusan gunungapi, gempa, dan tanah longsor. Frekuensi kejadian-kejadian alam
tersebut relatif jarang dibandingkan dengan kegiatan manusia sehari-hari yang
dapat mengakibatkan kerusakan alam.
0 komentar:
Posting Komentar